~ aRtiKaL ~ ::_Ya Ayyuhal Muzammil_::
Ku tujukan buat insan yang tersia-sia malamnya...
Rasulullah S.A.W. pernah bersabda: Jadikanlah qiamullail itu amalan bagimu, kerana yang demikian itu adalah amalan orang-orang yang soleh sebelum kamu, dan ia boleh mendekatkan dirimu dengan Tuhanmu, dan membersihkan dosa-dosamu dan menghindarkan kamu daripadanya. (Riwayat Tirmizi).
Wahai orang-orang yang terpejam matanya,
Izinkan kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiaradari syurga.
Wahai orang-orang yang terlelap. Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat tenaga cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai nikmatnya.
Wahai orang-orang yang terlena,
Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalahpara perindu kamar di syurga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda :"Sesungguhnya di syurga itu ada kamar yang sisiluarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makanorang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan solat pada saat manusia terlelapdalam tidur malam."
Sudahkah kau dengar tadi ? Ya,sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan solat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.
Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta,
Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku AbuHurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertigamalam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malamadalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ?
Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri.Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dansatu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salahsatu dari kami selesai mendirikan solat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmatibagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ?
Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekadar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, " Nuruddin itu bercinta dengan solat malam, banyak berpuasa dan berjihad denganakidah yang benar." Kemenangan demi kemenangan akuraih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh ituterlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka,"
Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannyayang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasiabersama Tuhan". Aku tersenyum, mereka memang benar.Kemenangan yang kuraih adalah karena do'a dansolat-solat malamku yang penuh kekhusyukan.Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ?
Dialah Isteriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah isteri solehah di mataku, terlebih di mata Allah. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan. Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang.
Ku ceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu,sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalankudengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu ku perintahkan untuk menabuh gendang agarkami terbangun di sepertiga malamnya.
Wahai orang-orang yang terbuai,
Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqsa, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Salahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga solat berjama'ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Al qur'an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata
Wahai orang-orang yang masih saja terlena,
Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya.
Dan saat malam tiba, kami laksanakan solat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika ALLAH memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kam iterbesar. Biarlah siang hari kami berada di hujung kematian, namun sebelum itu, di hujung malamnya ALLAH temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.
Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya,
Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Solat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami,Tsabit Al-Bunani.
Solat dimulai, dua rakaat pun selesai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ?
Solat demi solat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang. Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk solat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak geriku.
Setelah solat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo'a :"Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yangberkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yangsebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ?Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ?Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengankecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberikami hujan secepatnya."Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang pelayan ini. Do'aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lamamerindukannya.
Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.
Wahai orang-orang yang masih saja terpejam,
Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku,Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku,bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yangbanyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, "Jika aku mengantuk, maka aku hentikan solatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku."
Aku tahu kau pasti berpikir bahawa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sihatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.
Wahai orang-orang yang tergoda,
Begitu kuatkah syaitan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan ditengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, "Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!".Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya !
Syaitan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, solatlah, solat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.
Wahai orang-orang yang masih terlelap,
Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepuasan? Masihkah ?
Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya dua rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahawa Allah turun kelangit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahawa Dia berkata, "Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Ku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.
Wahai orang-orang yang terpujuk rayu dunia,
Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada ertinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ?
Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Allah mempertemukan kita di sana, disyurga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga...
Dariku
Manusia Malam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

~ aRtiKaL ~ ::_SeTaReh Minda Muhasabah Diri_::
Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahawa beliau berkata, 'Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Tirmidzi, ia berkata, 'Hadith ini adalah hadith hasan')
Gambaran Umum Hadith
Hadith di atas menggambarkan kepentingan muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kerana hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keredhaan Rab-nya.
Dan dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki matlamat (ghayah), perancangan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadith ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kejayaan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak berangan-angan.
Indikasi Kejayan dan Kegagalan
Hadith di atas dibuka Rasulullah dengan sabdanya, 'Orang yang pandai (sukses) adalah yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematiannya.' Ungkapan sederhana ini sungguh menggambarkan sebuah visi yang harus dimiliki seorang muslim. Sebuah visi yang membentang bahkan menembus dimensi kehidupan dunia, yaitu visi hingga kehidupan setelah kematian.
Seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekadar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim harus memiliki visi dan planing untuk kehidupannya yang lebih kekal abadi. Kerana orang sukses adalah yang mampu mengatur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya. Orang bertakwa adalah yang 'rela' mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, 'kebahagian kehidupan ukhrawi.'
Dalam Al-Qur'an, Allah swt. seringkali mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini, di antaranya adalah dalam QS. Al-Hasyr (59): 18–19.
Muhasabah atau evaluasi atas visi inilah yang digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, iaitu “action after evaluation”. Ertinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan.
Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadith di atas dengan 'dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.' Potongan hadith yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Kerana muhasabah juga tidak akan bererti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.
Terdapat hal menarik yang tersirat dari hadith di atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw. mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa evaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam rangka peningkatan keperibadiannya sendiri.
Sementara lawannya, aitu kegagalan. Disebut oleh Rasulullah saw, dengan 'orang yang lemah', memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak memiliki visi, tidak memiliki perancangan, tidak ada action dari planingnya, terlebih-lebih memuhasabahi perjalanan hidupnya. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak angan-angan dan khayalan, 'berangan-angan terhadap Allah.'
Maksudnya, adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi, sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya.
Kepentingan Muhasabah
Imam Tirmidzi setelah meriwayatkan hadith di atas, juga meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab dan juga ungkapan Maimun bin Mihran mengenai kepentingan dari muhasabah.
1. Mengenai muhasabah, Umar r.a. mengemukakan:
Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kamu dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahawasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.
Sebagai sahabat yang dikenal 'kritis' dan berpandangan jauh, Umar memahami benar kepentingan dari evaluasi ini. Pada kalimat terakhir pada ungkapan di atas, Umar mengatakan bahwa orang yang biasa mengevaluasi dirinya akan meringankan hisabnya di yaumul akhir kelak. Umar paham bahwa setiap insan akan dihisab, maka iapun memerintahkan agar kita menghisab diri kita sebelum mendapatkan hisab dari Allah swt.
2. Sementara Maimun bin Mihran r.a. mengatakan:
'Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya'.Maimun bin Mihran merupakan seorang tabiin yang cukup masyhur. Beliau wafat pada tahun 117 H. Beliaupun sangat memahami kepentingan muhasabah, sehingga beliau mengaitkan muhasabah dengan ketakwaan.
Seseorang tidak dikatakan bertakwa, hingga menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri. Kerana beliau melihat salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa mengevaluasi amal-amalnya. Dan orang yang bertakwa, pastilah memiliki visi, yaitu untuk mendapatkan redha Ilahi.
3. Kepentingan lain dari muhasabah adalah kerana setiap orang kelak pada hari akhir akan datang menghadap Allah swt. dengan kondisi sendiri-sendiri untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya. Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur'an: "Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri." [QS. Maryam (19) : 95, Al-Anbiya' (21) : 1].
Aspek-Aspek Yang Perlu Dimuhasabahi
Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, agar ia menjadi orang yang pandai dan berjaya.
1.Aspek Ibadah
Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah. Kerana ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini. [QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]
2. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rezeki Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan dan tidak dipedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Kerana sebagian menganggap bahawa aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadith, Rasulullah saw. bersabda :Dari Ibnu Mas'ud ra dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, 'Tidak akan bergerak tapak kaki Ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya dari mana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.' (HR. Tirmidzi)
3. Aspek Kehidupan Sosial Keislaman Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan sosial, dalam erti hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia. Kerana kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadith :
Dari Abu Hurairah ra, bahawa Rasulullah saw. bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis itu?' Sahabat menjawab, 'Orang yang muflis diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan.' Rasulullah saw. bersabda, 'Orang yang muflis dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) solat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain.
Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)
Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang yang muflis sebagaimana digambarkan Rasulullah saw. dalam hadith di atas. Datang ke akhirat dengan membawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun bersamaan dengan itu, ia juga datang ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan interaksinya yang negatif terhadap orang lain; mencaci, mencela, menuduh, memfitnah, memakan harta tetangganya, mengintimidasi dsb.
Sehingga pahala kebaikannya habis untuk menutupi keburukannya. Bahkan kerana kebaikannya tidak cukup untuk menutupi keburukannya tersebut, maka dosa-dosa orang-orang yang dizaliminya tersebut dicampakkan pada dirinya. Hingga jadilah ia tidak memiliki apa-apa, selain hanya dosa dan dosa, akibat tidak memperhatikan aspek ini. Na'udzubillah min dzalik.
4. Aspek Dakwah
Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan. Kerana menyangkut dakwah dalam segala aspek; sosial, politik, ekonomi, dan juga substansi dari da'wah itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqul karimah, memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskan kepasrahan abadi pada ilahi, banyak istighfar dan taubat dsb.
Tetapi yang cukup penting dan sangat substansial pada evaluasi aspek dakwah ini yang perlu dievaluasi adalah, sudah sejauh mana pihak lain baik dalam skala fardi(individual) maupun jama'i(berkumpulan), merasakan manisnya dan manfaat dari dakwah yang telah sekian lama dilakukan? Jangan sampai sebuah 'jamaah' dakwah kehilangan pekerjaannya yang sangat substansial, yaitu dakwah itu sendiri.
Evaluasi pada bidang dakwah ini jika dijabarkan, juga akan menjadi lebih luas. Seperti evaluasi dakwah dalam bidang tarbiyah dan kaderisasi, evaluasi dakwah dalam bidang dakwah 'ammah, evaluasi dakwah dalam bidang siyasi(politik), evaluasi dakwah dalam bidang iqtishadi, dsb?
Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari nilai-nilai dakwah itu sendiri. Mudah–mudahan ayat ini menjadi bahan evaluasi bagi dakwah yang sama-sama kita lakukan: Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [QS. Yusuf (12): 108]

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

~ aRtiKaL ~ ::_ANDARTU, Bila Mawar Kering Dipupuk Angin_::
“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, yang menjadikan kamu dari diri yang satu (jenis) dan menjadikan isterinya dari jenisnya (bangsanya) sendiri, dan kemuadian Tuhan memperkembang-biakkan dari keduanya, laki-laki dan perempuan-perempuan yang banyak”.
Apabila seseorang perempuan mengandung janim dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.
Andartu atau Andalusia ibarat bunga kering di hujung ranting. Cantik perawannya bertempoh. Kalau duri terlalu banyak dan tajam, ia tidak memungkinkan di petik. Dan apabila tiada jemari yang sudi menyunting ketika ia mekar berkembang, kelopaknya akan layu. Merahnya akan pudar lalu kuntum pun berguguran. Cantiknya hanya akan tinggal sejarah. Sejarah yang tidak mungkin berulang. History won’t repeat itself.
Pepatah inggeris ada menyebut, Houses are but walls and beams; homes are buit of love and dream. Itulah hakikat harganya cinta dalam kehidupan manusia. Tiada yang bernama manusia kecuali terselit di benak hatinya keinginan untuk membina keluarga serta hidup bahagia bersama pasangan dan anak-anak anugerah Allah S.W.T.
Bagaimanapun, tidak semua yang berjaya mendaki ke puncak, dan tidak semua yang diberikan kesempatan mengecap kebahagian. Ada yang tersungkur di tengah jalan lalu mengharap simpati dan belas ihsan. Dalam kehidupan berumahtangga di Negara kita, insan yang gagal mendapatkan jodoh biasanya akan terpinggir dari arus kehidupan berkeluarga.
Di mana silapnya ummah ini hingga memungkinkan wujud golongan yang gagal memperolehi pasangan? Salah mereka yang tidak mendapat jodoh atau salah masyarakat yang melulu meletakkan label? Saya ingin mengajak kita semua menerobos ruang hakikat sebenar yang berlegar di dalam masyarakat.
Ada yang menyatakan faktor utama kepada wujudnya andartu ialah soal wajah dan kecantikan. Pandangan ini walaupun ada kebenaran namun tidaklah seratus peratus benar. Buktinya, tidak semua yang berumahtangga dan mempunyai keluarga yang bahagia mempunyai rupa paras yang cantik. Begitu juga tidak semua yang lambat berkahwin dan sukar mempunyai jodoh mempunyai rupa paras yang kurang cantik.
Hakikatnya, faktor utama yang mewujudkan andartu ialah anggapan umum masyarakat terhadap proses perkahwinan yang di anggap sebagai sukar dan memayahkan. Ia juga adalah satu amplikasi yang wujud secara tidak langsung apabila harga mas kahwin dijadikan kayu ukur bagi menilai prestij anak gadis dan keluarganya. Wujudnya keluarga atau masyarakat yang melihat bahawa bahawa perkahwinan ialah satu institusi yang berharga memberikan tekanan kepada anak gadis dan keluarganya sendiri.
Masakan tidak, untuk diletakkan harga mas kahwin yang murah dan “berkat” akan mengundang malu andainya ia menjadi buah mulut masyarakat. Bahkan, ada yang menganggap bahawa jika anak gadis diletakkan mas kahwin yang lebih rendah daripada 2,000, maka lebih baik “menjual lembu daripada menjual anak dara”!! Di sinilah sebenarnya ramai di antara ahli masyarakat yang lupa (atau buat-buat lupa) terhadap pesanan Rasullah S.A.W yang diriwayatkan oleh Aisyah R.A : “Wanita yang paling berkat ialah yang paling murah mas kahwinnya” hadis riwayat Iman Ahmad, Kitab Baqi’ Musnad Ansor, no 23966.
Hakikat sebenar yang berlaku di dalam masyarakat ialah kadang-kadang mas kahwin yang dibayar oleh pengantin lelaki bukannya diberikan sepenuhnya kepada pengantin perempuan, tetapi ia digunakan untuk menampung perbelanjaan majlis perkahwinan yang tentunya diadakan secara besar-besaran. Sikap ahli keluarga yang sanggup berhabis demi menjaga maruah dan prestij adalah satu paradigma yang salah dan menyeleweng.
Andartu juga wujud apabila poligami diboikot. Bukan menjadi rahsia sikap wanita yang seboleh-bolehnya tidak mahu berkongsi kasih. Sekalipun poligami dibenarkan dalam Islam, namun semanis-manis madu, ia tetap pahit bagi wanita. Bagaimanapun, di dalam keadaan yang tertentu, seharusnya pihak isteri tidak terlalu memusuhi malah memboikot poligami. Apabila diyakini suami mampu berlaku adil di dalam masalah pemberian nafkah kepada isteri, maka suami perlu diberikan lampu hijau untuk beristeri lagi. Benar, bercakap tidak semudah melaksanakannya. Hanya yang bergelar isteri sahaja yang tahu betapa peritnya jiwa yang terpaksa bermadu, namun andainya ia dilakukan demi untuk menyelamatkan jiwa serta maruah gadis lain yang bergelar andartu sekaligus mengelakkannya dari terjebak di dalam lembah kehancuran, adakah ia tidak berbaloi?
Andartu juga wujud apabila terdapat golongan muslimat yang langsung tidak mengambil sebarang langkah untuk mencari jodoh mereka sendiri. Benar, baik bagi muslimat jika menyerahkan soal jodoh mereka kepada keluarga sahaja. Namun, hakikat yang berlaku pada zaman sekarang tidak lagi demikian. Percampuran yang boleh dikatakan tidak dapat dielakkan secara seratus peratus di antara lelaki dan wanita yang berlaku sejak dari sekolah rendah lagi memberikan peluang secara tidak langsung untuk mereka sendiri mencari jodoh sesama sendiri.
Dari konteks mahasiswa, siapakah yang dapat menafikan bahawa pergaulan di sebalik tabir sekalipun tidak di jadikan batu loncatan untuk mencari jodoh? Siapakah yang dapat menafikan kebersamaan di dalam menganjurkan program kadangkala bertukar menjadi jalinan cinta dan berakhir di jinjang pelamin? Namun, langkah pertama biasanya bermula dari pihak lelaki. Kenapa tidak, andainya pihak perempuan memulakan langkah, maka akan kedengaranlah suara-suara sumbang yang meberikan label “Perigi mencari timba”.
Soalnya, salahkah perigi mencari timba? Jika diperhatikan di dalam al-Quran, dinyatakan kisah seorang ayah yang menawarkan anaknya kepada Nabi Musa untuk di kahwini. Kisah ini disebut di dalam surah Al-Qashash, ayat 27. seorang ulama masakini, Dr Wahbah Az-Zuhaili semasa mentafsirkan ayat ini juga turut membawakan contoh-contoh lain di dalam sejarah Islam yang menunjukkan wakil pihak wanita mengemukakan tawaran untuk dijodohkan dengan mana-mana lelaki.
Contohnya, Ummul Mukminin Khadijah yang meminang Rasulullah S.A.W. begitu juga dengan Saidina Umar yang menawarkan anaknya Hafsah setelah kematian suaminya untuk dijodohkan dengan Abu Bakar dan Usman. Kedua-dua sahabat itu hanya mendiamkan diri tanda menolak. Rupa-rupanya kelewatan Hafsah mendapat jodoh ada hikmahnya. Dia kemudiannya di kahwinkan dengan Rasulullah S.A.W, insan yang terbaik di kalangan yang baik. Sebab itu, golongan yang lambat mendapat jodoh tidak wajar berputus asa. Mungkin mereka senasib dengan Hafsah, belum tentu tidak! Apa yang penting, kesanggupan pihak perempuan untuk turut mencari jodoh, bukan hanya berteleku di tepi dinding menuggu pinangan orang. Apa salahnya kalau sekali sekala muslimah mengambil langkah merisik dan meminang?
Sebab lain yang mewujudkan andartu ialah apabila seseorang wanita terlalu mementingkan kerjaya hingga menganggap perkahwinan sebagai satu konkongan dalam hidupnya. Mereka memandang perkahwinan sebagai satu bebanan yang menyekat kebebasan. Bila berkahwin, kuasa mutlak dalam menentukan hidup mula berubah dan terpikul pula dengan kerja-kerja mengurus rumahtangga dan anak-anak.
Golongan seperti ini kebanyakkannya wujud di bandar-bandar besar di mana terdapat wanita yang menjawat jawatan tinggi di dalam sektor perkhidmatan awam atau swasta lalu masa yang sama mengabaikan tuntutan fitrah mereka sendiri. Mereka sepatutnya menyedari bahawa perkahwinan akan memberikan ketenangan dan kebahagian kepada jiwa. Walaupun nampak seolah-olah kerjaya yang ada sudah mencukupi buat mereka, namun hidup seorang diri tanpa sebarang pergantungan adalah bertentangan sama sekali dengan fitrah seorang wanita.
Di Malaysia, walaupun golongan ini sudahpun wujud namun dalam jumlah yang terkawal. Apa yang kita bimbang, andainya senario ini tidak dikawal, masyarakat Malaysia khususnya umat Islam akan berubah sedikit demi sedikit menjadi seperti masyarakat Barat yang menganggap proses perkahwinan sebagai bahan mainan. Bukan menjadi rahsia dan keaiban lagi di kalangan mereka yang baru berkahwin sekalipun sudah bersama berpuluh tahun dan beranak pinak berdozen-dozen.
Revolusi pendidikan juga kdang kala menyumbangkan kepada wujudnya gejala andartu. Golongan wanita mula menerobos alam pendidikan hingga meraih kejayaan yang kadang-kadang mengatasi kehebatan kaum lelaki. Ekoran itu, hampir tiada lagi perbezaan di antara lelaki dan wanita dalam menggariskan cita-cita dalam hidup. Kalau dulu, kebanyakkan wanita meletakkan perkahwinan sebagai matlamat terakhir dalam hidup. Menumpukan tugas kepada “menjaga dapur” dan mengasuh anak merupakan dunia paling global bagi wanita. Bagaimanapun, senario itu hampir pupus pada hari ini. Sebagaimana kaum lelaki mengejar kejayaan dalam pelajaran hingga ke peringkat PhD, begitu juga kaum wanita. Malah, di institusi-institusi pengajian tinggi, kaum wanita melebihi kaum lelaki berkali-kali ganda. Salah satunya di Universiti Utara Malaysia, satu perangkaan yang disiarkan di dalam Utusan Malaysia, 6 Julai 2003 dulu menunjukkan jumlah siswi ialah 71% manakala siswa 29%! Lalu, setakat manakah peluang kaum wanita untuk mencari jodoh yang sekufu dengan mereka?
Kadang-kadang mencari calon suami yang terlalu ideal juga merupakan masalah bagi kaum wanita. Muslimat khususnya selalu beranggapan, sukar lagi dicari suami yang bertanggungjawab, soleh dan mampu menyayangi sepanjang hayat. Apatah lagi, jika mahu di tambah pula dengan wajah yang kacak seperti hero filem-filem Hindi.
Sebagaimana kaum lelaki perlu menerima hakikat bahawa sukar mencari wanita yang mempunyai segala-galanya; kecantikan, kecerdikan, kekayaan, berketurunan baik dan solehah, begitu jugalah kaum wanita perlu menerima hakikat bahawa terlalu sukar untuk mencari lelaki yang sempurna dan mempunyai segala-galanya. Janganlah kerana terlalu memilih calon suami yang terlalu ideal menyebabkan kita terlepas segala-galanya. Berpadalah dengan agama, faktor lain pula sebagai pelengkap.
ANDARTU & KESANNYA
Psikologi & Tekanan Emosi
Secara umumnya gadis-gadis yang di label andartu akan mengalami tekanan dan depresi dari segi mental dan emosi. Mereka dianggap memberi malu dan aib kepada keluarga lantas dicemuh oleh masyarakat serta dilempar dengan pelbagai tuduhan.
Hasilnya, inferiority complex mula membasah di sanubari. Rasa malu yang menguasai akan menghalang mereka daripada berhadapan dengan masyarakat. Perlahan-lahan mereka terpinggir dan terasing daripada persekitaran. Mereka yang lemah imannya akan mula menyalahkan takdir. Merasakan paras yang diberi belum cukup menarik lalu mempersoal ketentuan Tuhan, kenapa tidak dianugerahkan raut wajah semanis Siti Nurhaliza, seramping Haifa atau secantik Britney Spears? Tuntas ramai yang berkorban supaya tampak cantik dan menarik pada pandangan lelaki. Anorexia dan Bulimia adalah natijah yang biasa. Lebih menggerunkan apabila ada yang sanggup menjadi mangsa teknologi, rela kulit mereka disiat-siat dan dikelar sinar laser.

Cinta & Tuntutan Naluri
Perempuan yang normal tidak dapat lari daripada perasaan ingin menyintai dan dicintai. Cinta adalah suatu anugerah yang tidak terhitung nilainya. Women are so lovely, full of love and should be loved. Masing-masing mengimpikan kehidupan yang dilimpahi kasih sayang disamping suami dan anak-anak tercinta, lalu mereka mencari-cari perhentian yang dinanti selama ini. Apabila yang ditunggu-tunggu tidak muncul, jiwa akan lebih menyesak. Tekanan makin mendesak. Ini menyebabkan syaitan-syaitan berwajah kacak lebih mudah mengambil kesempatan. Pengakhirannya ialah penipuan, perkosaan, penderaan, pelacuran dan seribu satu macam lagi tragedi.
Mereka yang tidak menjadi mangsa manusia akan menjadi mangsa nafsu sendiri. Orgasm, Masturbate dan entah apa lagi yang mana semuanya merupakan punca laknat Allah Taala. Namun, awas! Jangan sesekali menghukum semuanya begitu, kerana iman yang berpasak di dada adalah benteng segalanya.
Kesuburan & Kehamilan
Tahap kesuburan perempuan akan semakin menurun apabila memasuki usia 40 an. Jadi, mereka yang berkahwin pada usia ini mempunyai peluang yang tipis untuk mendapatkan anak dan sekiranya dia mengandung, kandungan tersebut akan membahayakan nyawanya. Selain itu, kelahiran anak terpaksa juga dihadkan.
Menurut pakar obstetrik dan ginekologi, Dato’ Dr Hamid Arshat, bagi yang berkahwin dalam usia lewat, risiko pada kesihatan meningkat kerana apabila mengandung, jantung dipaksa mengepam 40 peratus lebih daripada biasa di samping kandungan air dalam badan meningkat, sendi-sendi longgar, berlaku perubahan pada usus, sakit buah pinggang dan sakit tulang belakang.
Kesimpulannya, beberapa faktor yang di gariskan ialah antara faktor-faktor utama yang mewujudnya andartu. Tanpa menafikan faktor-faktor yang lain, andainya faktor-faktor yang digariskan dapat di atasi, insyaAllah gejala kahwin lambat hingga mewujudkan andartu ini tentu dapat disifarkan. Apa yang penting, doa dan tawakkal perlulah diiringi dengan usaha khususnya dari pihak wanita itu sendiri. Kita wajar menentukan hidup kita sendiri.
Saranan buat lelaki; kikislah sifat pilih umur dalam diri. Jadilah seperti Rasulullah S.A.W yang pada pertama kalinya memilih seorang wanita yang berbudi pekerti mulia dan berusia walaupun baginda masih teruna.
Siapa lagi yang boleh diletakkan harapan untuk membela nasib andartu dan yang bakal bergelar andartu kecuali lelaki yang benar-benar berperibadi serta mempunyai rasa keperimanusiaan yang tinggi? Benar, Siti Khadijah tiada pengganti. Namun, Siti Aisyah juga sukar dicari! Juga saranan buat wanita; letakkan perasaan redha dalam diri jika di takdirkan bermadu, buangkan sifat boikot terhadap poligami dan jangan takut kepada adat yang terpesong. Lamarlah pihak lelaki, jangan mengharapkan kaum lelaki sahaja yang memulakan rentak. Ayuh izzahkan untuk kebahagian bersama selagi mana tidak melanggari nas-nas syariat Islam.Sabda Rasulullah S.A.W : “Wanita adalah tiang Negara, bila ia baik, baiklah Negara. Dan bila ia rosak, maka rosak pula Negara”. Jesteru itu, penyelesaian yang paling utama untuk menyelesaikan masalah andartu ini ialah dengan mengatur perkahwinan mengikut syariat tanpa menyusahkan mana-mana pihak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

~ aRtikaL ~ ::_AhLan Ya Muharram_::
Selamat datang 1429 Hijriyyah!. Rasanya masih belum terlambat untuk saya mengucapkan Selamat Tahun Baru 1428H kepada semua memandangkan kita masih berada dalam bulan Muharram, bulan yang mana telah menyaksikan pelbagai peristiwa sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Mengungkap kembali sejenak sejarah penyusunan kalender Hijri hasil inisiatif Amirul Mu’minin Saidina Umar bin Al-Khattab r.a, khalifah Islam kedua. Jika kita perhatikan keadaan umat Islam ketika sedang memegang tampuk kekuasaan dunia, sehingga dikatakan meliputi 1/3 dunia.
Inisiatif Khalifah Umar itu telah meletakkan tarikh peristiwa penghijrahan Nabi Muhammad s.a.w sebagai batu tanda kehadiran sebuah tamadun yang ketika itu bakal menguasai dunia dan telahpun menguasai hamper keseluruhan dunia ini.
Hakikat
Peristiwa hijrah Nabi bukanlah suatu tindakan yang bersifat okasional hasil oppresi kaum kafir Quraisy, malahan sebenarnya telah meletakkan satu tanda aras tahap pemikiran yang melampaui batas akal manusiawi, dan merupakan suatu tatacara perancangan agenda yang cukup tersusun, gemilang, dan terkehadapan. Ini secara jelas menggambarkan bahawa di sebalik semua itu adanya kuasa ketuhanan, pimpinan rabbaniyyah yang menunjuk jalan dan membawa kemenangan. Benarlah firman Allah s.w.t yang telah dirakamkan oleh al-Quran:
“ Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru. Dan tidaklah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Quran itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q An-Najm (53):1-4
Mengambil semangat dan kebijaksaan (hikmah) dari peristiwa besar itu, refleksi yang sangat membekas dan memberi kesan kepada kita sebagai umat Islam dan kehidupan kita di masa ini. Seperti yang dijelaskan sebelum ini bahawa Hijrah bukanlah tindakan okasional hasil opresi Musyrikin Makkah, maka dengan jelas ia dapat menerangkan perancangan dan tindakan Nabi Muhammad selam 13 tahun da’wahnya di Makkah.
Diriwayatkan dalam sejarah bahawa sebelum Hijrah ke Madinah (Yathrib), Nabi pernah meninjau beberapa lokasi untuk dijadikan tapak pengembangan dan pembangunan Islam iaitu di Taif dan kemudian di Habsyah, namun ternyata kedua-dua lokasi itu tidak dapat memenuhi cirri-ciri yang diperlukan sebagai tapak kukuh pembinaan Islam.
13 tahun yang begitu bermakna dalam sejarah pengembangan dan penyebaran Islam, di mana dalam tempoh inilah Nabi Muhammad mencetak, membina, dan menghasilkan para pendokong da’wahnhya yang kita dapati setia di belakangnya, yang jelas dan yakin dengan kejayaan yang bakal dikecapi, yang menjadi tonggak kepada kejayaan Islam selepas kewafatan Nabi Muhammad, dan yang syahid di luar dari tanah air mereka sendiri. 13 tahun yang mana dikenali sebagai proses penghasilan modal insan, dan dengan pimpinan Rabbani, terbukti telah memastikan Islam telah sampai kepada kita hari ini…setelah lebih 1418 tahun Nabi tiada.
Refleksi
Sebagai refleksi diri, kejayaan umat Islam dahulu adalah hasil daripada tasawwur (sudut pandang) yang sangat jelas dan kukuh bahawa hanya dengan Islam sesuatu umat itu dimuliakan dan sebaliknya sesuatu umat itu dihinakan dengan sebab meninggalkan Islam. Umar Al-Khattab, ketika menjelaskan keadaan umat Arab dengan jelas menyatakan bahawa ‘ sebelum kedatangan Islam, kami adalah suatu bangsa yang sangat hina, tetapi telah dimuliakan dengan Islam. Barangsiapa yang meninggalkan Islam dia akan dihinakan’.
Ustaz Hassan Al-Hudhaibi pernah menyatakan sebagai komentar kepada kepentingan pembinaan diri dan modal insan bahawa: ‘Tegakkanlah Daulah dalam diri kamu, maka nescaya akan tertegaklah Daulah di bumi kamu’.Semua ini membawa kita untuk merenung nasib dan realiti umat Islam di seluruh dunia, sejak sekian lama, khususnya semenjak kejatuhan Khilafah Islamiyyah pada tahun 1924.
Lihat sahaja sahabat kita Palestin yang masih berjuang untuk membebaskan negeri sendiri dan telah terjajah semenjak sekian lama, tanpa bantuan kukuh daripada Umat Islam yang kekayaan sumber bumi dan populasinya tidak dapat ditandingi oleh Negara-negara Kesatuan Erodpah (EU). Begitu juga pengalaman umat Islam di Bosnia, Iraq, Afghanistan, Kosovo, Sudan, Lebanon, dan juga di Negara-negara minoriti umat islam-Filipina, Sepanyol dan Thailand. Ini termasuklah isu kemajuan dan pembangunan, kestabilan politik, pembangunan ekonomi, keselamatan social dan sebagainya yang ternyata sangat mengecewakan.
Semenjak sekian lama juga kita telah menghadiri pelbagai konvensyen , seminar, bengkel kerja, perbincangan dan cadangan yang berjela-jela dalam usaha mengembalikan maruah umat dan kegemilangan lampau. Semuanya cuba menjadikan zaman kegemilangan Islam Abbasiyyah sebagai tanda aras (benchmark) kepada erti dan makna ketamadunan.
Namun mengambil sirah rasulullah sebagai panduan, ternyata yang paling utama sekarang ialah kembali kepada pembinaan individu yang mana merupakan modal paling berharga kepada kebangkitan umat Islam di seluruh dunia.
Pembangunan semula ketamadunan Islam tidak akan terlaksana sekiranya umatnya masih mundur, tidak beretika, tiada budaya integriti, tidak berilmu pengetahuan, korup, dan jahil. Yang pasti, di mana kedudukan kita, sebagai mahasiswa dalam usaha mengembalikan kegemilangan Islam zaman lampau sekiranya masih dibelenggu masalah coupling, budaya tidak sihat, hedonisme, budaya permainan computer games, dan banyak lagi yang bukan merupakan budaya inletek. Tingkatkan kecemerlangan diri, penuhilah impian dan harapan keluarga, agama, dan masyarakat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS